1.1 Pengertian
Matrik adalah himpunan skalar yang disusun secara empat persegi panjang (menurut baris dan kolom)
Skalar – skalar itu disebut elemen matrik. Untuk batasnya biasanya digunakan: ( ), [ ], || ||
1.2 Notasi Matrik
Matrik diberi nama dengan huruf besar. Secara lengkap ditulis matrik A=(aij), artinya suatu matrik A yang elemen – elemennya adalah aij dimana index i menunjukkan baris ke-i dan indeks ke–j menunjukkan kolom ke–j .
Sehingga bila matrik disusun secara A(mxn) = (aij), mxn disebut ordo (ukuran) dari matrik A.
1.3 Operasi pada Matrik
1. Penjumlahan matrik
Syarat : ukuran matrik harus sama.
Jika A = (aij) dan B = (bij), matrik berukuran sama, maka A + B adalah suatu matrik C = (cij) dimana cij = aij + bij untuk setiap I dan j
2. Perkalian skalar terhadap matrik
Kalau l suatu skalar (bilangan) dan A = (aij), maka matrik lA = (laij), dengan kata lain, matrik lA diperoleh dengan mengalikan semua elemen matrik A dengan l.
Hukum pada penjumlahan dan perkalian scalar :
Jika A, B, C adalah matrik berukuran sama, dan l adalah skalar maka :
1. A + B = B + A (komutatif)
2. (A + B) + C = A + (B+C) (asosiatif)
3. l(A + B) = lA + lB (distributif)
4. Selalu ada matrik D sedemikian hingga A + D = B
3. Perkalian matrik
Pada umumnya matrik tidak komutatif terhadap operasi perkalian : AB ¹ BA. Pada perkalian matrik AB, matrik A disebut matrik pertama dan B matrik kedua.
Syarat : Jumlah kolom matrik pertama = jumlah baris matrik kedua
Definisi :
Pandang A = (aij) berukuran (p x q) dan B = (bij) berukuran (q x r). Maka perkalian AB adalah suatu matrik C = (cij) berukuran (p x r) dimana :
cij = ai1 b1j + ai2 b2j + … + aiq bqj, untuk setiap i = 1,2,…,p dan j = 1,2, … r
Hukum pada perkalian matrik :
1. A(B + C) = AB + AC, dan (B + C) A = BA + CA, memenuhi hukum distributif
2. A(BC) = (AB)C , memenuhi hukum asosiatif
3. Perkalian tidak komutatif, AB ¹ BA
4. Jika AB = 0 (matrik 0 ) , yaitu matrik yang semua elemennya adalah = 0, kemungkinan kemungkinannya adalah :
(i). A = 0 dan B = 0
(ii) A = 0 atau B = 0
(iii) A ¹ 0 dan B ¹ 0
5. Bila AB = AC belum tentu B = C
4. Transpose dari suatu matrik
Pandang suatu matrik A = (aij) berukuran (m x n) maka transpose dari A adalah matrik AT berukuran (n x m) yang didapatkan dari A dengan menuliskan baris ke – i dari A, i = 1,2,…,m sebagai kolom ke –i dari AT. Dengan kata lain : AT = (aji)
Sifat – sifat matrik transpose
1. (A + B)T = AT + BT
2. (AT)T = A
3. l(AT) = (lA)T
4. (AB)T = BT AT
1.4 Beberapa Jenis matrik Khusus
1. Matrik bujursangkar
adalah matrik dengan jumlah baris = jumlah kolom, sehingga disebut berordo n.
Barisan elemen a11, a22, … ann disebut diagonal utama dari matrik bujursangkar A
2. Matrik nol
adalah matrik yang semua elemennya adalah 0
3. Matrik diagonal
matrik bujursangkar yang semua elemen di luar diagonal utamanya 0.
4. Matrik identitas
adalah matrik diagonal yang elemen – elemen diagonal utama adalah 1.
5. Matrik skalar
adalah matrik diagonal dengan semua elemen diagonal utamanyanya = k
6. Matrik segitiga bawah (lower triangular)
adalah matrik bujursangkar yang semua elemen di atas diagonal utama = 0.
7. Matrik segitiga atas (upper triangular)
adalah matrik bujursangkar yang semua elemen di bawah diagonal utama = 0.
8. Matrik simetris
adalah matrik yang transposenya sama dengan dirinya sendiri.
9. Matrik anti simetris
adalah matrik yang transposenya adalah negatifnya.
.
10. Matrik hermitian
adalah matrik yang bila transpose hermitiannya adalah sama dengan dirinya sendiri.
11. Matrik idempoten, nilpotent
Bila berlaku A.A = A2 = A, maka A dikatakan matrik idempoten.
Bila Ar = 0, maka A nilpotent dengan index r (dimana r adalah bilangan bulat positif terkecil yang memenuhi hubungan tersebut)
1.5 Transformasi (Operasi) elementer pada baris dan kolom suatu matrik
Yang dimaksud dengan transformasi elementer pada baris dan kolom suatu matrik A adalah sebagai berikut :
1a. Penukaran tempat baris ke – i dan baris ke – j ditulis H(A)
b. Penukaran tempat kolom ke – i dan kolom ke – j ditulis K(A)
2a Mengalikan baris ke – i dengan skalar l ¹ 0 , ditulis H(A)
b. Mengalikan kolom ke – j dengan skalar l ¹ 0 , ditulis K(A)
3a. Menambah baris ke – i dengan l kali baris ke – j ditulis Hij(l)(A)
b. Menambah kolom ke – i dengan l kali kolom ke – j ditulis Kij(l)(A)
Misalnya kita telah mengetahui matrik B sebagai hasil transformasi elementer dari A. Kita dapat mencari A, disebut invers dari transformasi elementer tersebut.
Matrik ekivalen
Dua matrik A dan B dikatakan ekivalen (A~B) apabila salah satunya dapat diperoleh dari yang lin dengan transformasi – transformasi elementer terhadap baris dan atau kolom. Jika transformasi elementernya pada baris saja, maka dikatakan ekivalen baris. Begitu juga dengan kolom.
Matrik Elementer
Sebuah matrik n x n disebut matrik elementer jika matrik tersebut dapat diperoleh dari matrik identitas n x n yaitu In dengan melakukan sebuah operasi baris elementer tunggal.
1.6 Mencari solusi dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan
Misal diketahui matrik A adalah matrik bujursangkar. Dan X adalah pemecahan bagi AX = 0 dimana AX = 0 adalah bentuk matrik dari sistem :
a11x1 + a12x2 + … + a1nxn = 0
a21x1 + a22x2 + … + a2nxn = 0
.
.
.
an1x1 + an2x2 + … + annxn = 0
Jika kita memecahkannya dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan, maka sistem persamaan yang bersesuaian dengan bentuk eselon baris tereduksi dari matrik yang diperbesar akan menjadi :
x1 = 0
x2 = 0
.
.
xn = 0
dan matrik yang diperbesar tersebut adalah :
3.7 Mencari invers matrik
Contoh 3.1:
Jawab :
Pada akhir operasi , matrik dibentuk menjadi [I |A-1] dari bentuk asal [A | I]
dengan operasi elementer H dan H menjadi
dengan operasi elementer H menjadi
dengan operasi elementer H menjadi
dengan operasi elementer H dan Hmenjadi
dengan operasi elementer H menjadi
0 comments:
Post a Comment